Wednesday, July 24, 2013

Bogasari Naikkan Harga Tepung Terigu

Bisnis.com,JAKARTA - PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills berencana menaikkan harga jual tepung terigu dalam waktu dekat akibat terus berlanjutnya pelemahan rupiah.
Vice President Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang mengatakan ada dua hal yang memengaruhi harga tepung terigu nasional, yakni harga bahan baku gandum internasional serta kurs rupiah.
Menurutnya, sudah tiga bulan belakangan rupiah terdepresiasi hingga 10%, yakni dikisaran Rp9.500-Rp10.500.
“Jadi kelihatannya sekarang, mau tidak mau kami harus naik. Ini kenyataan yang harus dihadapi,” kata Franky dalam konferensi pers kunjungan Menteri Perindustrian di kantornya di Tanjung Priok, Rabu (24/7/2013).
Menurutnya, meski saat ini produsen tepung terigu belum menaikkan harga jual, sebenarnya para produsen sudah berkeinginan untuk menaikkan. Hanya saja, masing-masing perusahaan masih saling menunggu.
“Saya kira persaingan sudah berjalan, tren akan naik, jadi saya tidak bisa menyatakan untuk tidak naik. Biasanya, kami yang akan memulai dahulu,” katanya. Adapun besaran kenaikannya diperkirakan sekitar 2%.
Di sisi lain, Menteri Perindustrian M.S Hidayat mengatakan pihaknya akan berusaha untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan kebutuhan bahan pokok, termasuk tepung terigu. Bahkan, dia berharap, Bogasari bisa menahan kenaikan harga tepung terigu dalam waktu dekat ini.
Pasalnya, menjelang Lebaran, pemerintah harus memastikan stabilitas harga sehingga tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.
“Iya Pak Franky mengatakan kemungkinan naik, tapi saya bilang kemungkinan tidak akan naik karena saya akan menjaga semuanya. Saya akan buat kalkulasinya yang menyatakan bahwa harga tidak perlu dinaikkan,” kata Hidayat dalam kesempatan terpisah.
Salah satu yang akan dilakukan adalah berusaha memfasilitasi tuntutan produsen tepung terigu soal perbedaan pengenaan PPN yang dikenakan untuk pakan ternak dengan industri. Untuk tepung terigu yang merupakan bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, PPN atas penjualan ditanggung oleh pemerintah atau dibebaskan.
Adapun untuk industri, dibebankan kepada industri. “Menurut industri, Industri tepung terigu menanggung hampir 80% dari PPN yang seharusnya ditanggung pemerintah. Kami akan bicarakan ini dengan Kementerian Perdagangan untuk mencari solusinya,” lanjutnya. Menurutnya, bila ada titik temu dari masalah tersebut, dia optimis para produsen bisa menahan untuk menaikkan harga jual.

Rupiah terus tertekan, Bogasari siap-siap kerek harga terigu


JAKARTA, kabarbisnis.com: Terus melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS membuat PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills ancang-ancang menyesuaikan harga tepung terigu.

Vice President Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang mengatakan, ada dua hal yang memengaruhi harga tepung terigu nasional, yakni harga bahan baku gandum internasional serta kurs rupiah. Menurutnya, sudah tiga bulan belakangan rupiah terdepresiasi hingga 10%, yakni dikisaran Rp9.500-10.500.

“Jadi kelihatannya sekarang, mau tidak mau kami harus naik. Ini kenyataan yang harus dihadapi,” kata Franky dalam konferensi pers kunjungan Menteri Perindustrian di kantornya di Tanjung Priok, Rabu (24/7/2013).

Menurutnya, meski saat ini produsen tepung terigu belum menaikkan harga jual, sebenarnya para produsen sudah berkeinginan untuk menaikkan. Hanya saja, masing-masing perusahaan masih saling menunggu.

“Saya kira persaingan sudah berjalan, tren akan naik, jadi saya tidak bisa menyatakan untuk tidak naik. Biasanya, kami yang akan memulai dahulu,” katanya. Adapun besaran kenaikannya diperkirakan sekitar 2%.

Sementara itu Menteri Perindustrian M.S Hidayat mengakui pihaknya akan berusaha untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan kebutuhan bahan pokok, termasuk tepung terigu. Bahkan, dia berharap, Bogasari bisa menahan kenaikan harga tepung terigu dalam waktu dekat ini.

Pasalnya, menjelang Lebaran, pemerintah harus memastikan stabilitas harga sehingga tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.

“Iya Pak Franky mengatakan kemungkinan naik, tapi saya bilang kemungkinan tidak akan naik karena saya akan menjaga semuanya. Saya akan buat kalkulasinya yang menyatakan bahwa harga tidak perlu dinaikkan,” kata Hidayat.

Salah satu yang akan dilakukan adalah berusaha memfasilitasi tuntutan produsen tepung terigu soal perbedaan pengenaan PPN yang dikenakan untuk pakan ternak dengan industri. Untuk tepung terigu yang merupakan bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, PPN atas penjualan ditanggung oleh pemerintah atau dibebaskan.

Adapun untuk industri, dibebankan kepada industri. “Menurut industri, Industri tepung terigu menanggung hampir 80% dari PPN yang seharusnya ditanggung pemerintah. Kami akan bicarakan ini dengan Kementerian Perdagangan untuk mencari solusinya,” lanjutnya. Menurutnya, bila ada titik temu dari masalah tersebut, dia optimis para produsen bisa menahan untuk menaikkan harga jual. kbc10


Tuesday, July 2, 2013

Ekonom: BLSM tak Mampu Tandingi Kenaikan Harga Bahan Pokok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Econit Advisory Group Hendri Saparini menilai besaran bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus dijelaskan oleh pemerintah. 

Pemerintah menyalurkan BLSM senilai Rp 150 ribu per bulan per rumah tangga sasaran mulai akhir bulan lalu.  "Apakah besaran itu bisa mengompensasi kenaikan harga bahan pokok? Harus dijelaskan besaran ini karena inflasi pada masing-masing daerah berbeda," ujar Hendri kepada Republika, Selasa (2/7). 

Menurut Hendri, penghitungan BLSM tidak dapat menggunakan inflasi umum. Alasannya, inflasi yang dihadapi orang miskin jelas berbeda.

"Sebanyak 50 sampai 70 persen pendapatan mereka untuk bahan makanan.  Sedangkan inflasi bahan makanan per tahunnya adalah 15 sampai 20 persen," kata Hendri.  

Oleh karena itu, menjadi wajar apabila BLSM yang diterima oleh masyarakat tidak mampu mengompensasi kenaikan harga bahan pokok.
Kemudian dari sisi penerima, Hendri menyoroti jumlah 15,5 juta RTS atau 62 juta orang yang ditetapkan oleh pemerintah bersama parlemen.  Padahal, menurut Hendri, jumlah penduduk Indonesia yang termasuk kategori rentan miskin adalah 40 persen atau sekitar 96 juta orang. 

"Artinya ada orang Indonesia yang tidak terkompensasi. BLSM hanya mencakup 25 persen masyarakat miskin. Sisa 15 persennya bagaimana? ini dari sisi desain kebijakan," ujar Hendri. 
 
Ini krusial mengingat dalam empat bulan terakhir, harga bahan pokok melonjak akibat rencana kenaikan harga BBM, pelemahan nilai tukar, memasuki musim puasa dan kenaikan harga BBM.
  
Berdasarkan evaluasi dari penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) pada 2005 silam, Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Wynandin Imawan mengatakan sekitar 60 persen dari orang yang sangat miskin menggunakan dana yang didapatnya untuk melunasi utang. "Yang betul-betul dibelanjakan kira-kira 40 persen," kata Wynandin.