Sukabumi -Pada 21 Februari 2007 atau 7 tahun lalu di Desa Tanjung
Harjo, Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah ditetapkan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai lokasi pencanangan Desa Mandiri Energi (DME). Kini apa hasilnya?
Apakah akan terulang dengan tanaman Kemiri Sunan?
Dalam program tersebut terdapat 1.200 hektar kebun jarak pagar yang tersebar di
berbagai desa di Kabupaten Grobogan, yang dikembangkan menjadi basis
pengembangan DME. Sejumlah BUMN terlibat sebagai pembinanya, antara lain Perum Perhutani dan PT Rajawali Nusantara Indonesia
(RNI).
Namun kini, jarak
pagar di sana hampir seperti tanaman liar, tidak berarti lagi dan tidak
dimanfaatkan sebagai biodiesel. Apa sebenarnya yang membuat program
bahan bakar nabati (BBN) jarak pagar gagal total?
Direktur Bioenergi
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian
ESD, Dadan Kusdiana mengatakan, program
jarak pagar gagal karena masalah tata niaganya.
"Para petani
di sana (Grobogan) hanya memproduksi biji jarak pagar dalam skala sangat kecil
sekali, per petani hanya produksi 5-10 kg sebulan, padahal untuk bisa ekonomi
dan dikirim ke pabrik biodiesel butuhnya 50 ton sehari, 50.000 ton setahun,
tapi yang tersedia kecil sekali," ujar Dadan ditemui Balai
Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu
(9/2/2014).
Dadan mengungkapkan antara jarak pagar dengan kemiri sunan yang saat ini sedang didorong
pemerintah, hampir sama, karena bisa menghasilkan biodiesel.
"Tapi kelihatannya kemiri sunan lebih unggul, karena lebih tahan
lama, buahnya banyak, usianya panjang, dan banyak lagi keunggulannya,"
ujar Dadan
Ia mengakui, agar tidak terulang lagi proyek BBN nasib kemiri sunan
seperti jarak pagar, metodenya diubah. Yaitu jarak pagar langsung ke petani, kali ini mulai dari
perusahaan.
"Makanya kita
hati-hati, jangan terlalu optimistis, kita mulai pelan-pelan, kita gandeng
perusahaan swasta dan BUMN untuk tanam kemiri sunan. Yang jelas pasarnya
ada, siap menyerap, harganya juga diperkirakan lebih murah dibandingkan dengan
solar, apalagi solar kita impor," ucapnya.
Pengembangan kemiri sunan secara nyata kini sudah mulai tahap nyata
seperti di Jawa Timur.
"Saat ini di Jawa Timur sudah ada perusahaan yang menanam 600
hektar kemiri sunan, mereka kerjasama dengan masyarakat, dana pemupukan dan
pemeliharaan dia berikan ke petani, setelah panen, petani jual hasilnya ke
perusahaan," tutupnya.
No comments:
Post a Comment