MILITER
Sejak awal Jenderal
Besar (Purn.) Soeharto menjabat, Pertamina sangat erat dengan militer. Pasti
orang tua Anda mengetahui siapa Direktur Utama Pertamina tahun 1968-1976. Iya,
benar. Letnan Jenderal Ibnu Sutowo yang tinggal persis di samping Jalan Cendana,
Menteng.
Ia mulai aktif di dunia
perminyakan sejak tahun 1956, resmi menjadi Direktur Utama Pertamina sejak
tahun 1968, dan sudah memiliki simpanan pribadi sekurang-kurangnya 226,2 juta
USD pada tahun 1970. Tahun 1976, beliau diberhentikan dari jabatannya karena
marak diberitakan soal korupsi dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi ini
membuat Pertamina berutang sebesar
10,5 miliar USD atau 30% total output (PDB) Indonesia saat itu. Luar
biasa bukan?
Sayangnya, hingga detik
ini ia tidak pernah diadili, keluarganya tetap tinggal di samping Keluarga Cendana dan
masih saja kerap membuat ulah, seperti menipu Ali Sadikin.
*Selingan: Sejak tahun
1970, Ibnu Sutowo sering berpergian ke New York dengan jet pribadi Rolls Royce
Silver Cloud miliknya dan sering menyuruh Bob Tutupoly datang ke New York hanya
untuk membawa rendang dan menyanyi di restoran termahal di New York yang di-booking secara penuh
oleh Ibnu Sutowo.
*Selingan: Gaya hidup
mewah Ibnu Sutowo dan keluarga yang lain dapat dilihat di internet. Contohnya
di http://www.merdeka.com/peristiwa/gay...-keluarga.html
*Selingan: Anak Ibnu
Sutowo, Adiguna Sutowo, mendirikan PT Mugi Rekso Abadi (MRA) pada
tahun 1993. MRA memiliki 35 anak perusahaan, antara lain: Hard Rock Cafe, Zoom
Bar & Lounge, BC Bar, Cafe 21, Radio Hard Rock FM (Jakarta, Bandung, Bali),
i-Radio, majalah Cosmopolitan, majalah FHM, Four Seasons Hotel dan Four Seasons
Apartement di Bali, dealership Ferrari, Maserati, Mercedes Benz, Harley
Davidson, Ducati, dan Bulgari.
*Selingan: Adiguna
Sutowo dan istri gitaris Piyu "Padi" terlibat dalam
penabrakan pagar rumah istri kedua Adiguna Sutowo.
*Selingan: Putra bungsu
dari Adiguna Sutowo, Maulana Indraguna Sutowo, menikah dengan Dian
Sastrowardoyo pada Mei 2010.
Titel Direktur Utama
Pertamina boleh saja tidak lagi dipegang Ibnu Sutowo, namun kekuasaan militer
pada sektor perminyakan tetap mendominasi hingga hari ini. (Direktur Utama
Pertamina selanjutnya adalah Mayor Jenderal Piet Haryono, Mayor Jenderal Joedo
Soembono, dan Mayor Jenderal Abdul Rachman Ramly) Maka, bukan suatu pemandangan
yang langka di Indonesia, di samping kantor-kantor Pertamina terdapat
markas-markas militer.
*Selingan: Usai
reformasi 1998, KKN antara perminyakan dan militer tidak dapat dilenyapkan dan
malah membantu militer berjaya kembali.
Hal ini terwujud dengan penggunakan
BIN dan TNI (termasuk di dalamnya Babinsa) untuk memenangkan Partai Demokrat di
pemilu 2004, usai Jend. (Purn.) Susilo Bambang
Yudhoyono menjabat sebagai Menteri ESDM di tahun 1999-2000. Bukti nyatanya
adalah kehadiran
petinggi-petinggi militer dalam jajaran tim sukses Jend. (Purn) SBY tahun 2004.
Di antaranya adalah Sudi Silalahi (Sesmenko Polhukam waktu itu), Azis Ahmadi
(sekretaris pribadi Menko Polhukam), Kurdi Mustofa (Asisten Deputi Politik
Dalam Negeri di Kemenko Polhukam), Mayor Jenderal Muhammad Yasin, dan Mayor
Jenderal Setia Purwaka.
*Selingan: Hal di atas
termasuk dalam lima
pertanyaan yang diajukan Megawati sejak tahun 2006yang
hingga kini belum dijawab oleh SBY.
Untuk mengetahui seberapa seksinya perminyakan
Indonesia, silakan cermati perhitungan KPK atas pemasukan potensial negara dari
sektor perminyakan bila seluruh aktivitas mematuhi hukum dan tidak ada
gratifikasi dan korupsi. Hasilnya adalah 20.000 Triliun per tahun atau 220% dari jumlah keseluruhan
output (PDB) Indonesia per tahun 2013.
*Fakta: Karena
perminyakan sangat-sangat menarik, tak heran kalau fokus KPK saat
ini adalah membersihkan Kementerian ESDM dari koruptor-koruptor.
Contoh-contohnya adalah memvonis mantan
Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini (Alumni Perminyakan ITB), dengan hukuman 7
tahun penjara; menetapkan
mantan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Waryono Karno, sebagai tersangka; menetapkan Ketua
Komisi VII (Energi Sumber Daya Mineral) DPR sekaligus Ketua DPP Partai
Demokrat, Sutan Bhatoegana, sebagai tersangka; mencegah staf
Menteri ESDM, I Gusti Putu Ade Pranjaya, untuk ke luar negeri; mencegah
Direktur Utama PT Rajawali Swiber Cakrawala, Deni Karmaina (teman Edhie Baskoro
Yudhoyono), untuk ke luar negeri; makin sering
memanggil Menteri ESDM dan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Jero
Wacik, dan sudah memanggil Triesnawati Wacik (istri Jero Wacik) dan Ayu
Vibrasita (anak Jero Wacik).
*Fakta: Pasal 33 ayat 3
UUD 1945 mewajibkan "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.", bukan “...dipergunakan untuk sebesar-besarnya
beberapa dinasti yang tindakannya berkontradiksi dengan ucapannya”,
seperti yang dirasakan oleh penduduk Sumbawa dan penduduk Rusia.
MAFIA PERMINYAKAN
Karena semua kalangan
berpendidikan telah mengetahui mengenai Muhammad Riza
Chalid (MRC)“Gasoline Godfather” di Petral
(Pertamina Energy Trading Limited), Hutomo Mandala
Putra (Humpuss Intermoda Transportasi), Bambang Trihatmodjo (Bimantara Grup) (ipar salah satu capres),
dan Hatta Rajasa, saya rasa tak perlu menguraikannya.
*Sedikit generous clues for non engineering or
economics graduates:
1. Fakta: Pada 9 Juni
2014, Koran “Jakarta Post” membeberkan
isi wawancaranya dengan Hatta Rajasa. Hatta Rajasa mengakui bahwa ia telah
bersahabat dengan Muhammad Riza Chalid (MRC) selama beberapa dekade, mengatakan
bahwa MRC mempunyai bisnis impor minyak, dan mengatakan bahwa ia kenal MRC dari
Majelis Dzikir.
2. Fakta: Tabloid Politic
Edisi 15 Mei 2012 memaparkan
bahwa Muhammad Riza Chalid mempunyai bisnis impor minyak, mempunyai Kidzania
(di Pacific Place, SCBD Tomy Winata),
mendirikan Al-Jabr Islamic International School yang sewaktu pendirian
diresmikan oleh Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si., dan menempati rumah di Jalan
Wijaya (di belakang Mabes Polri dan di kawasan SCBD Tomy WinataBank Artha Graha).
3. Fakta: Pada Rabu, 2
Juli 2014, Ketua Dewan
Pertimbangan Presiden RI, Prof. Dr. Emil Salim, Ph.D (keponakan Haji Agus
Salim) menegaskan
bahwa “R” adalah sahabat salah satu cawapres, R adalah keturunan Pakistan, R
sangat ingin subsidi BBM tetap ada dan membesar karena akan semakin
menguntungkan dirinya, dan terakhir kita membangun kilang penyulingan minyak
(refinery) adalah pada sekitar zaman Ginandjar Kartasasmita (tahun 1988-1993).
4. Fakta: Majalah
Intelijen edisi 5-18 November 2009 mengulas mengenai perusahaan induk Riza
Chalid, Petral dan Global Energy Resources, dan anak-anak perusahaannya Supreme
Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil, dan Cosmic Petroleum di
British Virgin Island dan kongsi bisnisnya yang bersifat tidak transparan
dengan Pertamina.
5. Fakta: Dr. Theodorus
M. Tuanakotta, S.E., M.B.A. (CEO Deloitte salah satu Big4 Kantor Akuntan Publik di
dunia, MBA dari Harvard Business School, Tenaga Ahli BPK dan KPK, penulis buku
"Akuntansi
Forensik dan Audit Investigatif" yang sangat populer, penerima
Satyalancana Wira Karya, dan anggota staf pengajar dan peneliti di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia) menuturkan bahwa Hatta Rajasa memiliki influence amat
sangat besar di Indonesia karena ia terlibat dengan Muhammad Rizal Chalid
"Gasoline Godfather" Pertamina Energy Trading Limited (Petral) di
Singapura. Menurut Pak Theodorus, Rizal Chalid menghasilkan 3,153 juta USD per
hari setara 37,839 miliar rupiah per hari (Kalkulasi:
Impor 850rb barrel/hari x 80% Petral x 41,67% Riza Chalid x 159 liter/barrel x
0,07 mark-up/liter x Rp12.000/USD), sementara keluarga Ani Yudhoyono mendapat 7,872 miliar rupiah per hari atau
0,5 USD per barrel dari minyak mentah
dan minyak olahan baik yang diimpor maupun yang diekspor. (Hal senada
juga dipublikasikan oleh Menteri
Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan pada Kabinet Persatuan
Nasional, Dr. Rizal Ramli, Ph.D.; Guru Besar Manajemen UI, Prof. Rhenald Kasali, S.E.,
Ph.D.; peneliti senior Indonesian Resources Studies, Ir. Samsul
Hilal, M.S.E.; dan Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies, Erwin
Usman.)
*Fakta: Laporan Utama di Majalah GEO
ENERGI Indonesia edisi Januari 2014: "Ambisi Pertamina buat (Si)apa?"
yang ditulis oleh Sri Widodo Soetardjowijono, Ishak Pardosi, Amanda Puspita
Sari, Faisal Ramadhan, dan Indra Maliara menguraikan bagaimana Hatta Rajasa
sukses mengantarkan sekitar 60 persen anggota kabinet ke dalam Kabinet
Indonesia Bersatu. Usut punya usut, orang-orang ini ternyata berasal dari rekomendasi
Riza Chalid dan bertujuan untuk mengamankan bisnis minyaknya.
*Fakta: Nama Riza Chalid
makin ramai disebut-sebut sejak pemberitaan bahwa Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan hendak membubarkan
Petral karena disinyalir jadi sarang korupsi. Namun, belum tuntas rencana
Dahlan Iskan membubarkan Petral, ia keburu dipanggil dan ditegur keras oleh
Presiden Jenderal (Purn.) SBY dan Hatta Rajasa di depan Karen Agustiawan
(Alumni ITB).
Isu pembubaran Petral pun kembali menguap.
*Fakta: Banyak kegeraman
warga di twitter, facebook,
dan instagram yang intinya menceritakan
ambisi menggebu-gebu Muhammad Riza Chalid agar Hatta Rajasa menjadi orang nomor
1 di negeri ini. Dimulai dari Riza Chalid berusaha sangat keras untuk
mencomblangi Joko Widodo dengan Hatta Rajasa. Salah satunya adalah dengan mendorong
Amien Rais untuk menyuarakan duet Joko Widodo-Hatta Rajasa dari jauh-jauh hari, membuat
team desain untuk membuat gambar-gambar “JKW-HR” untuk di BBM, Twitter,
Facebook, dan spanduk; dan bahkan, usai pileg, Riza
Chalid dan Hatta Rajasa mendatangi Jokowi untuk
mengajukan dana kampanye tidak terbatas sebagai ganti menjadikan Hatta Rajasa
menjadi wakil Jokowi dan platform pengelolaan Sumber Daya Alam akan diatur oleh
PAN.
Sekilas tentang Data/Statistik Perminyakan Indonesia
*Fakta: Negara
superpower Amerika Serikat yang terunggul dalam penyadapan pun kewalahan dengan
inkonsistensi data statistik perminyakan di negara kita. Hal ini dinyatakan
secara gamblang oleh US dalam pembukaan laporan 2005-2006 dan pembukaan laporan 2007-2008.
*Fakta: Dari tahun 2004
hingga tahun 2012, terdapat inkonsistensi data produksi minyak antara di
SKK Migas dan di
Kementerian ESDM.
*Fakta: Dari
tahun 2002 hingga tahun 2012, trend jumlah lifting
(produksi) minyak kita terus menurun namun trend cost recovery kita terus
menanjak.
*Fakta:
Dari tahun 2007 hingga tahun 2012, secara kasar terdapat kekurangan 654 triliun
rupiah pada penerimaan negara bukan pajak (PNPB) migas di Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (Audited) bila PNPB migas dihitung sesuai Laporan Tahunan
SKK Migas.
*Fakta: Realisasi
subsidi BBM tahun 2013 adalah 210 triliun rupiah (49% untuk mobil pribadi),
sementara dividen
Pertamina kepada Pemerintah Indonesia untuk tahun buku 2013 hanyalah 4,5%-nya (atau 9,5 triliun rupiah). Sedangkan, dividen
Petronas kepada Pemerintah Malaysia untuk tahun buku 2013 adalah 101 triliun
rupiah.
*Selingan: Kalangan akuntan
publik/auditor independen tertawa terpingkal-pingkal saat melihat iklan-iklan
menghambur-hamburkan uang khas Pertamina di Koran KOMPAS dan lain-lain untuk
membanggakan diri karena bisa masuk Fortune
500 (500 perusahaan terbesar
dari segi pendapatan,bukan laba bersih yang
sudah dikurangi beban operasi) kendati Pertamina
masih mendapat bantuan subsidi dan perlakuan istimewa dari pemerintah.
Utama: Permainan antara Muhammad Riza Chalid “Gasoline
Godfather” di Petral dan Hatta Rajasa
*Fakta: Melihat sejarah
Hatta Rajasa, ia dikenal sebagai salah satu pengusaha yang sejak tahun 1980 bergabung dengan Medco Energy milik
Arifin Panigoro (Alumni ITB) di Singapura dan di Indonesia.
*Fakta:
Tren Pendidikan S1 Direktur Utama Pertamina akhir-akhir ini adalah Alumni
Teknik ITB dan Hatta Rajasa berasal dari S1 Teknik Perminyakan ITB. (Martiono
Hadianto, Baihaki Hakim, Ariffi Nawawi, dan Karen Agustiawan juga adalah Alumni
Teknik ITB).
*Fakta: Pada 11 Februari 2014,
Wakil Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), M. Fanshurullah
Asa, kembali menegaskan fakta bahwa Indonesia mengimpor BBM dari Singapura,
negara yang tidak ada eksplorasi (pencarian) dan eksploitasi (produksi) minyak.
*Fakta: Walaupun
Singapura tidak memiliki sumur minyak, kapasitas penyulingan minyak (refinery) di Singapura adalah 1,4 juta barrel/hari, sedangkan
kapasitas di Indonesia hanya 1,1 juta
barrel/hari.
*Fakta: Ketua Umum MUI dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof.
Dr. KH. Din Syamsuddin, M.A. ; Menteri Koordinator Ekonomi (1999 - 2000) dan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional & Ketua Bappenas (2001 - 2004), Kwik Kian
Gie; dan Rektor IBII, Anthony Budiawan mengatakan
ada Indoktrinasi & Brainwashing dalam pembelian BBM yang menggunakan harga
NYMEX.
*Fakta: Mahfud MD pernah menyebut Pertamina
sebagai “sarang koruptor”.
*Fakta: Silakan melihat
laporan keuangan Pertamina bagian Opini Auditor Independen
PricewaterhouseCoopers, Petral di Singapura yang notabene berperan sangat
penting bagi kita, negara raksasa pengimpor minyak, malahan tidak diaudit oleh PwC
sendiri dengan alasan aset lancar (kas, piutang, dsb) dan aset
tetap (bangunan, dsb)-nya kecil. Padahal dengan diauditnya Petral oleh PwC
sendiri, mungkin dapat mengungkap kecurigaan harga beli BBM yang sesungguhnya
yang selama ini memberatkan pos belanja negara (subsidi).
Tentu saja, hal ini
ditolak mentah-mentah oleh Jokowi dan mereka pun terpaksa menciptakan duet
dadakan Prabowo-Hatta dengan mahar 10 triliun. (Berbanding terbalik dengan
Jokowi, Prabowo yang megap-megap keuangannya menerima duet dan uang ini). Usai
transaksi tersebut, Bos Petral yang merugikan negara 75 triliun per tahun ini
kemudian membeli rumah
Yurike Sanger, istri ketujuh Soekarno, untuk memberi kesan Sukarnois melalui Haji
Harris Efendi Thahir (Ketua Umum Majelis Dzikir SBY Nurussalam).
Dalam menjaga investasinya, Riza Chalid rutin mengunjungi Rumah Polonia,membiayai
tabloid “Obor Rakyat” yang dipimpin Asisten Staf Khusus Presiden Setyardi
Boediono, dan, bersama dengan Hatta Rajasa, menghalalkan segala cara
untuk memenangi pilpres ini. Salah satu bentuk penghalalan segala cara yang
dapat memicu Allah murka adalah menghilangkan
makna suci “Perang Badar”, menggaet Pemuda
Pancasila FPI FBR, membuat surat palsu pemanggilan Jokowi terkait
Bus TransJakarta yang dibuat oleh Edgar S.
Jonathan (Ketua Tunas Indonesia Raya yang dekat dengan
CameoProject saat membuat flashmob
baju kotak-kotak untuk kampanye Basuki-Jokowi di tahun 2012),
membuat transkrip palsu (yang sudah dituntut oleh Jaksa Agung, KPK,
dan Megawati), menggunakan
politik uang, merusak rasa
persaudaraan Bangsa Indonesia dengan mengatakan PDI-Perjuangan adalah jiplakan
PKI melalui tvOne milik Aburizal Bakrie (Update: tvOne sudah minta maaf), dan
mengganggu konsentrasi Jusuf Kalla sepanjang debat cawapres yang disiarkan
di RCTI, Global TV dan MNC TV milik Hary Tanoesoedibjo dan Bambang Trihatmodjo yang ditonton oleh ratusan juta
penduduk Indonesia dan Hatta Rajasa tidak dapat menahan senyum ketika menikmati
hal ini. Tindakan-tindakan tidak beradab calon
menteri-menteri Prahara (duduk di belakang Hatta Rajasa) dan hadirin (di belakang moderator) ini sungguh tidak pantas ada di negeri
ini.
*Kabar belum
terkonfirmasi: Simson Panjaitan yang berlatar belakang hukum dan minim
pengalaman ditempatkan menjadi kepala keuangan (Head
of Finance) di Petral.
*Kabar belum
terkonfirmasi: Wijasih
Cahyasari “Wiwiek”, kakak
Ani Yudhoyono, pernah menerima 400 ribu USD dari Riza Chalid
sebagai ganti Riza Chalid membatalkan pertemuan Wiwiek dan Dirut Petral
Nawazier.
*Kabar belum
terkonfirmasi: Ari Soemarno (Alumni RWTH Aachen,
Jerman) diberhentikan usai menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina
tahun 2006-2009 karena berhasil membentuk Integrated
Supply Chain (ISC) untuk
pembelian tender impor yang fair, ingin memindahkan Petral dari Singapura ke
Batam, dan dikhawatirkan dekat dengan Megawati seperti adiknya, Rini Mariani Soemarno Soewandi (Menperin tahun 2001-2004).
*Selingan:
Walaupun diberi jabatan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa
dianggap sangat tidak mengerti ekonomi dan sering menjadi bahan tertawaan oleh Chatib Basri, Faisal Basri,
Darmin Nasution, Fauziah Zen, Mawar I. R.
Napitupulu, dan hampir seluruh dosen yang mengajar di FEUI. Satu dari sekian
banyak contoh yang mudah adalah ucapan Hatta Rajasa pada tahun 2010 yang
menargetkan PDB Nominal mencapai angka Rp
10.000 Triliun per tahun 2014. Pak Chatib Basri (sebelum terpilih jadi menteri)
mengatakan "Menko Ekuin kalian sekarang tol*l banget tuh.. Masa'
menggunakan PDB Nominal sebagai target.. Kalau saya jadi dia sih, gampang saja,
saya naikan saja inflasi dua kali lipat." Hal ini sontak disambut tawa
menggelegar satu kelas besar. Bagaimana mungkin seorang menko ekuin tidak
mengetahui perbedaan antara PDB Nominal dan PDB Riil (yang sudah di-adjust dengan
inflasi/kenaikan harga); sesuatu yang telah diajarkan di Pengantar Ekonomi 1.
Utama: Permainan oleh Keluarga Ani Yudhoyono dan Partai Demokrat
*Fakta: Hatta Rajasa dan Marzuki Alie (Wakil Ketua Umum Majelis Tinggi Partai
Demokrat) lahir di Palembang.
*Fakta: Usai Purnomo Yusgiantoro
(Golkar, Alumni ITB) menjabat sebagai Menteri ESDM selama 9 tahun, ia langsung
digantikan Darwin
Zahedy Saleh (pendiri dan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat) selama dua
tahun dan, kemudian, Jero Wacik (Sekretaris Jenderal Partai Demokrat) sampai
sekarang.
*Fakta: Pernikahan Siti Ruby Aliya Rajasa dan Edhie Baskoro Yudhoyono diyakini
hampir seluruh elemen masyarakat Indonesia berfungsi untuk mempertebal
cengkraman dinasti Hatta Rajasa dan Ani Yudhoyono di Indonesia.
*Fakta: Menurut buku
"Cikeas Kian Menggurita" yang ditulis George Junus Aditjondro dan
diterbitkan Galang Press, keluarga Ani Yudhoyono
terlibat dalam sindikat mafia perminyakan guna menambah kekayaan dan kekuasaan.
Untuk memastikan ini, silakan Anda mencari tahu alasan di balik grasi Schapelle Leigh Corby (Warga
Negara Australia), usai santer diberitakan penyadapan Australia memperoleh
bukti-bukti bahwa keluarga besar Ani Yudhoyono,
khususnya Erwin Sudjono (kakak ipar Ani Yudhoyono), sangat aktif dalam mafia
perminyakan.
Foto: Erwin Sudjono, mantan Pangkostrad (kakak ipar Ani Yudhoyono, suami Wiwiek) |
Foto: Gatot Mudiantoro Suwondo, CEO Bank BNI (adik ipar Ani Yudhoyono) |
Utama:
Penistaan Rasa Keadilan oleh Keluarga Jend. Besar (Purn.) Soeharto dan Keluarga
Ani Yudhoyono kepada Masyarakat Indonesia
*Fakta:
Selain kasus Ibnu Sutowo dan Rudi Rubiandini, sangat banyak sekali kasus di
Kementerian ESDM yang merobek-robek rasa keadilan masyarakat Indonesia. Sedikit
dari sekian banyak kasus yang dibiarkan pemerintah Orba dan “Orba bungkus baru”
adalah Production Sharing Contract sejak UU No. 8 Tahun 1971
berlaku, Triton (perusahaan Perancis) tahun 1989, Depo Balaraja sejak tahun 1996, Mark-Up di Kilangan Balongan sejak tahun 1998, Petral dan Credit Suisse Singapura di tahun 2002, penjualan VLCC di bawah harga pasar oleh Laksamana
Sukardi (Alumni ITB, teman Arifin Panigoro “Medco Energy”) di bulan Juni tahun
2004, perjanjian sewa tanker Humpuss Intermoda (perusahaan
Tommy Soeharto) untuk tahun 1990-2009 dan 2009-2014, impor minyak Zatapi di tahun 2008, dan kelebihan Cost Recovery kepada Chevron di tahun 2012.
Utama:
Keburukan Setahun sebelum Pilpres
*Fakta: Pada Maret 2013, Hatta Rajasa, Wakil Menteri ESDM, dan Karen Agustiawan berangkat ke Irak untuk membeli ConocoPhillips Algeria Ltd dengan harga 1,75 miliar USD yang diklaim Pertamina akan menghasilkan 23.000 barrel per hari. Di lain sisi, Reuters mengatakan net carrying valueConocoPhillips Algeria Ltd hanyalah 850 juta USD dan rata-rata produksinya hanya 11.000 barrel perhari. Maka bila kita hitung, terdapat selisih 900 juta USD atau setara 10,8 triliun rupiah (kurs Rp12.000/USD) dan selisih produksi 12.000 barrel per hari. Kemana larinya?
*Fakta:
Pada Senin 9 Desember 2013, bersamaan dengan tragedi tabrakan KRL dan mobil tangki Pertamina di
Bintaro, Pertamina melakukan ground
breaking proyek pembangunan Pertamina Energy Tower setinggi 99
lantai dengan total biaya lebih dari 850 juta USD atau 10,2 triliun rupiah (kurs Rp12.000/USD). Dalihnya adalah untuk menyaingi
gedung Petronas setinggi 88 lantai.
*Fakta:
Ari Soemarno (mantan Direktur Utama Pertamina, alumni RWTH Aachen Jerman)
sangat tidak setuju tindakan Pertamina untuk membangun gedung yang menyaingi
tinggi gedung Petronasbila 70 persen pendapatan Pertamina masih berasal dari
penjualan BBM Bersubsidi. Lebih jauh,Direktur Eksekutif Indonesia Energi Monitoring, Zuli
Hendriyanto, juga sependapat dan menyarankan agar Pertamina
fokus memperbaiki kondisi internalnya terlebih dahulu.
No comments:
Post a Comment