Malang - Sorotan publik terhadap kebijakan
pemerintah terkait komoditas pangan dan sektor pertanian yang terkesan berjalan
sendiri-sendiri dan egosentris direspon oleh Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dengan membuat road
map kebijakan yang
mengarah pada koordinasi antar Kementerian.
Dua komoditas yang kebijakannya sudah selesai disiapkan adalah
gula dan susu. Untuk susu, rencananya pada 1 Juni nanti akan diluncurkan.
"Road map ini nanti ada di setiap Kementerian, apakah
Kementerian Pertanian dan Perdagangan yang saat ini masing-masing mengembangkan
kemitraan akan melakukan koordinasi dengan target dan tujuan yang sama,"
ungkap Diah Maulida, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Sumber Daya Hayati
pada Peringatan 1 Tahun PISAgro (Partnership for Sustainable Agriculture) di
Malang, Rabu (29/5).
Menurut Diah, pengembangan secara terpadu pada komoditas lainnya
yang melibatkan seluruh kementerian yang terkait dengan komoditas terebut juga
akan disiapkan, sehingga setiap kementerian nantinya juga tidak akan berjalan
sendiri-sendiri tetapi dalam satu koordinasi.
Wakil Menteri Pertanian, Rusman
Hariawan, sependapat dengan rencana tersebut. "Memang perlu dipikirkan
kedepan ada satu road map yang jelas terkait dengan beberapa
program yang ada sekarang seperti program kemitraan dengan petani,"
ujarnya.
Rusman memberi contoh program kemitraan dengan petani yang
dijalankan oleh beberapa kementerian. "Ada kemitraan yang dipelopori oleh
Kementerian BUMN dengan program GP3K dan ada juga PISAgro yang diipelopori oleh
perusahaan swasta baik lokal maupun asing. Keduanya sama-sama bertujuan baik
ingin meningkatkan produktivitas petani. Kalau program kemitraan ini nantinya
bisa disatukan dan dilakukan secara luas, saya yakin hasilnya akan jauh lebih
baik," katanya panjang lebar.
Dia menyatakan dukungannya pada setiap program kemitraan yang
melibatkan korporasi dan petani seperti halnya PISAgro. Karena hal itu akan
mendorong penerapan pertanian yang baik dan meningkatkan produktivitas pangan
serta meningkatkan kesejahteraan petani.
"Kami berharap program ini dikembangkan di beberapa daerah
di Indonesia," tandasnya.
Menurutnya, pada 2050, jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan
akan mencapai 400 juta jiwa. "Diperlukan upaya bersama dari pemangku
kepentingan untuk memastikan agar komoditas bahan pangan dapat mencukupi
kebutuhan domestik yang dalam sepuluh tahun terakhir meningkat 100%,"
katanya.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, mengatakan
kemitraan berkelanjutan seperti PISAgro ini sangat dibutuhkan terkait dengan
isu berkelanjutan di pasar global.
"Produk kita dilarang masuk pasar karena tidak sustainable
dalam label perdagangan internasional. Ini tantangan yang kita hadapi,"
katanya.
Selain itu, lanjut dia, kemitraan yang mendorong peningkatan
produksi juga sangat diperlukan ditengah pertumbuhan konsumsi pangan yang terus
meningkat.
Saat ini terdapat 50 juta orang kelas konsumsi dan diprediksi
dalam 15 tahun kedepan jumlahnya akan meningkat menjadi 120 juta orang.
Ditambah lagi ada 50 kota di Indonesia dengan pertumbuhan konsumsi yang
rata-rata 20% per tahun. Dari 50 kota tersebut, 25 kota diantaranya merupakan
kota baru, termasuk Malang, Kediri, Banyuwangi dan lainnya.
"Pertanyaannya, siapa yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Ini artinya
semua upaya peningkatan produktivitas akan direspon oleh pasar," terang
dia.
Co-Chairman PISAgro, Franky Wijaya mengungkapkan PISAgro yang
didirikan pada April 2012 lalu yang memiliki 13 anggota yang terdiri dari
sejumlah perusahaan nasional dan internasional, LSM serta organisasi
internasional yang bekerjasama dengan Forum Ekonomi Dunia.
Dalam kemitraannya dengan petani atau peternak, PISAgro punya
target 20% meningkatkan produktivitas pertanian, 20% pendapatan petani, dan
menurunkan 20% emisi gas rumah kaca.
"Kami akan mengembangkan program kemitraan ini dibeberapa
daerah di Indonesia, bahkan kami juga akan merangkul pemerintah daerah untuk
bersama memacu potensi daerahnya di sektor pangan. Salah satu yang telah
bergabung dengan kita adalah Pemprov Jatim yang selama telah memberi
dukungan," kata CEO SMART Tbk ini.
Dia menegaskan kemitraan dengan petani murni hubungan bisnis.
"Tidak ada subsidi atau perlakukan khusus yang kita berikan kepada mereka.
Kalau kita mengeluarkan dana besar, semuanya bertujuan ada peningkatan
produktivitas dan perbaikan pola tanam yang tentunya akan memberi nilai lebih
bagi perusahaan," katanya.
Franky berharap kemitraan yang dijalankan PISAgro ini tidak
sebatas pada komoditas tertentu seperti kopi, kedelai, susu, coklat, padi dan
kelapa sawit. Sebab masih banyak komoditas lain yang berpeluang dilakukannya kemitraan
seperti dengan petani tebu. "Perusahaan yang bergerak di industri gula
juga banyak, jadi kemitraan dengan tebu dan petani lainnya perlu juga
dilakukan. Selain itu, PISAgro juga melakukan replika program serupa yang punya
success story bagus di daerah-dearah lain sehingga program ini akan memberi
makna yang luas dalam program pertanian berkelanjutan," pungkas dia.
No comments:
Post a Comment