Jakarta - Di tengah populasi masyarakat yang semakin bertambah, banyak pihak mulai khawatir mengenai persediaan makan dunia yang semakin menurun. Sebuah panel yang dilakukan PBB menyatakan salah satu faktor penyebab adalah kurangnya keanekaragaman pangan.
Perubahan iklim yang drastis yang melanda dunia menjadi alasan penurunan panen dan berkurangnya hewan ternak. Untuk itu melestarikan ras hewan dan tanaman yang tidak lazim konsumsi diperlukan karena spesies tersebut bisa memiliki gen tahan penyakit atau perubahan iklim drastis.
“Hilangnya keanekaragaman hayati terjadi jauh lebih cepat dan hal ini menyebar dimana-mana, bahkan diantara binatang peternakan,” kata Zakri Abdul Hamid selaku ketua panel keanekaragaman hayati PBB kepada Associated Press (31/05/2013).
Dalam panel yang dihadiri oleh 450 ahli di Trondheim, Norwegia tengah, ia menyatakan banyak ras sapi, kambing, dan domba tradisional telah banyak ditinggalkan karena menghasilkan lebih sedikit susu dan daging dari keturunan ras yang baru. Globalisasi juga berarti pilihan pangan sayuran masyarakat lebih dipersempit.
Saat ini ada 30.000 tanaman yang bisa dimakan, tapi hanya 30 tanamanan yang dipanen dan dimasukkan dalam pola makan masyarakat sehari-hari seperti nasi, gandum, dan jagung. Pengembangan organisme yang bisa beradaptasi, bisa memastikan persediaan makanan untuk populasi dunia yang akan mencapai sembilan triliyun jiwa pada tahun 2050.
Zakri menegaskan Food and Agriculture Organization PBB tahun lalu memperkirakan 22 persen dari keturunan hewan ternak dunia beresiko punah. Jumlah ini menunjukkan dalam setiap ras hewan ternak terdapat kurang dari 1.000 hewan.
Banyak negara telah melaksanakan program pengembang biakan untuk hewan ternak langka seperti illama. Ada juga yang membekukan embrio dan sel inti untuk nantinya digunakan dalam kloning. Selain itu, pada tahun 2010, pemerintah melakukan perluasan wilayah perlindungan terhadap satwa hampir punah.
(odi/fit)
food.detik.com
No comments:
Post a Comment