Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Achmad Suryana menyebut konsumsi tepung terigu melonjak hingga 500% dalam kurun waktu 30 tahun ini.
"Artinya konsumsi terigu 17 kilogram (kg) per kapita setiap tahun. Peningkatan ini memicu konsumsi pangan selain beras nyaris hilang," papar dia di Kantor Kementan, Senin (26/3/2013).
Dia menilai, sejak bertahun-tahun sosialisasi atau promosi produk mie instan kian gencar, baik melalui media ataupun dari mulut ke mulut.
"Kampanye memakan mie instan yang sifatnya lebih mudah dalam pengolahannya memicu kenaikan konsumsi tepung terigu," tutur dia.
Sehingga kondisi tersebut mengakibatkan impor tepung terigu merangkak naik dan berujung pada penggerusan devisa negara.
"Tepung terigu banyak menghabiskan devisa negara, karena Indonesia masih ketergantungan pada impor terigu untuk memenuhi permintaan," sambung Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan (BPK) Kementerian Pertanian (Kementan), Sri Sulihanti tanpa membeberkan nilai devisa negara yang terserap untuk impor tepung terigu.
Oleh sebab itu, pihaknya menargetkan penurunan konsumsi terigu pada masyarakat Indonesia.
Sri mengklaim, Kementan telah menyusutkan angka konsumsi tepung terigu pada periode 2011-2012 sebanyak 1,3%.
"Penurunan ini diharapkan bisa diikuti kenaikan konsumsi pangan sumber pangan berbasis protein, seperti susu, daging, ikan, dan sayur-sayuran," tukas Sri. (Fik/Nur)
No comments:
Post a Comment