Friday, November 22, 2013

Peneliti Bahas Isu Ketahanan Pangan

Jakarta (Metrobali.com)-
Peneliti bidang pangan se-Asia berkumpul di Bali dalam simposium internasional The 5th Head of Research Councils in Asia (ASIAHORCs), membahas solusi untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan di Asia.


Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Lukman Hakim di Jakarta, Sabtu (23/11), mengatakan negara-negara Asia mengalami perkembangan ekonomi yang pesat dan pertumbuhan pendapatan yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Pertumbuhan pendapatan yang tinggi di banyak negara Asia, katanya, mendorong pergeseran konsumsi makanan ke arah yang lebih sehat sehingga diprediksi kebutuhan makanan sehat akan meningkat tajam dan mengancam ketahanan pangan.
Penduduk negara-negara berkembang di Asia diperkirakan meningkat 3,6 hingga 4,5 miliar jiwa sejak 2010 hingga 2050.
Ia mengemukakan pertumbuhan penduduk itu tentu mengakibatkan permintaan yang tinggi terhadap kebutuhan pangan, begitu pula kualitasnya harus lebih meningkat.
Lukman mengatakan harga pangan di berbagai negara juga mengalami peningkatan yang pesat.
Misalnya, katanya, harga beras domestik di China, Indonesia, Bangladesh, dan Vietnam telah naik pada kisaran 13-46 persen antara Juni 2010 hingga Mei 2011.
Kecenderungan peningkatan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga energi, ekspansi energi alternatif biofuel yang menjadikan bahan pangan sebagai sumber bahannya, dan kebijakan perdagangan.
Harga pangan yang tinggi, katanya, memacu tingkat kelaparan masih tinggi di sejumlah negara Asia.
Ia mengatakan The 2012 Global Hunger Index (GHI) mencatat bahwa proporsi gizi, ancaman gizi buruk anak, dan tingkat kematian anak pada 13 negara di Asia (Timor Leste, Bangladesh, India, Nepal, Laos, Pakistan, Kamboja, Korea Utara, Sri Lanka, Filipina, Indonesia, Mongolia, dan Vietnam) masih mengkhawatirkan.
Negara-negara tersebut perlu melakukan terobosan untuk mengatasi permasalahan yang ada khususnya soal kebutuhan pangan.
“Mereka harus melakukan terobosan inovatif melalui eksplorasi sumber daya alam untuk alternatif makanan, melakukan praktik pertanian yang berkelanjutan, penerapan teknologi bioprocessing makanan dan rekayasa pangan,” ujar Lukman.
Ia mengatakan teknologi akan mampu menaikkan produksi pangan yang berkualitas untuk mencukupi kebutuhan pangan dan menjaga stabilitasnya.
Pada simposium internasional The 5th ASIAHORCs, ia mengatakan para peneliti dari berbagai negara di Asia akan berkumpul membahas berbagai solusi untuk menciptakan iptek yang berkontribusi bagi pangan.
Para pimpinan lembaga penelitian dari sejumlah negara Asia akan membahas sistem inovasi nasional di masing-masing negaranya.
Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Iptek (BKPI) LIPI Dr. Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono mengatakan ada lima bidang yang menjadi bahasan dalam simposium tersebut.
Bidang tersebut, antara lain bioresources untuk pangan, functional food, teknologi bioprocessing untuk pangan, rekayasa pangan, dan kebijakan iptek bidang pangan yang menjembatani antara kepentingan politik dan investasi.
Pertemuan dan simposium akan digelar di Bali pada 26-28 November 2013, dan akan dihadiri oleh ilmuwan, akademisi, praktisi dan pengambil kebijakan dari negara-negara anggota ASIAHORCs, yakni China, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Pertemuan para pimpinan lembaga penelitian dan pendanaan membahas sistem inovasi di masing-masing negara, ujar dia. AN-MB

No comments:

Post a Comment