Justru spesialisasi produksi berdasarkan wilayah akan membuat rumit ketersediaan pangan.
"Salah satu program pemerintah, yaitu MP3EI yang mengukuhkan spesialisasi itu. Misalnya Jawa difokuskan untuk produksi makanan, pertambangan di Kalimantan, dan Sumatera untuk perkebunan," ujar Ketua Serikat Petani Indonesia Henri Saragih dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (3/4).
Menurutnya, kebijakan itu sangat keliru karena pangan tidak bisa dispesialisasikan berdasarkan wilayahnya. Harusnya semua wilayah memproduksi pangan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
"Kita ini kan negara kepulauan. Transportasi dari Sumatera ke Jawa pasti akan memakan biaya transportasi yang sangat besar," kata Henri.
Karena itu biasanya, jika mengambil contoh harga beras, wilayah yang pertama kali mengalami kenaikan harga adalah di luar pulau Jawa.
Namun, program MP3EI menurut Henri bukan menjadi penyebab utama untuk tercapainya swasembada pangan. Kebiasaan eskpor juga menjadi salah satu faktor lain.
"Harusnya kita mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Contohnya, China ekspor bawang putih karena memang disana produksinya surplus. Indonesia juga harusnya bisa prioritaskan untuk menanam komoditas utama. Tapi faktanya, sekarang kita menanam kelapa sawit untuk diekspor dan malah menghabiskan lahan pertanian untuk beras," pungkas Henry.
No comments:
Post a Comment