Beras Analog siamintelligence.com |
Program diversifikasi pangan yang tengah digenjot Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras padi dan tepung terigu, memunculkan inovasi baru, yakni beras analog sebagai pengganti konsumsi dua komoditas tersebut bagi masyarakat Indonesia.
Beras analog merupakan beras yang diolah
dan berbahan baku seperti singkong, tepung sagu, jagung, umbi-umbian dan
sebagainya.
Sumber karbohidrat maupun gizi yang
terkandung di dalam beras analog sama dengan beras padi sehingga layak dikonsumsi.
"Beras analog diharapkan
berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, khususnya untuk mengurangi
ketergantungan pangan di satu sumber saja, diantaranya beras dan tepung
terigu," ujar Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan
Ketahanan Pangan (BPK) Kementan, Sri Sulihanti, Senin (26/3/2013).
Dia mengaku, pengolahan dan pengembangan
beras analog disesuaikan dengan karakteristik di masing-masing daerah.
Maluku Tenggara dan Tengah misalnya,
masyarakat di daerah tersebut menggunakan bahan baku embal atau singkong untuk
memproduksi beras analog.
"Di Jember, ada beras cerdas
berbahan baku singkong, dan Kulon Progo yang berinovasi dengan tiwul instan.
Sedangkan di Riau telah mengolah makanan pokok berbahan dasar sagu untuk papeda
instan," jelasnya.
Sri menuturkan, harga beras analog pun
dipatok sekitar Rp 6.000-7.000 ribu per kilogram (kg). Sehingga cocok
dikonsumsi bagi seluruh kalangan masyarakat.
Kementan juga akan agresif
mengkampanyekan konsumsi beras analog ke berbagai daerah agar membuka
pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya keanekaragaman pangan dalam rangka
menjaga ketahanan pangan secara berkelanjutan. (Fik/Nur)
bisnis.liputan6.com
bisnis.liputan6.com
No comments:
Post a Comment